24 C
en

Naskah Drama Fajar Siddiq (PDF)

     
      
     SINOPSIS

Ahmad menjadi terdakwa setelah terbukti mengkhianati pasukan gerilya. Ahmad memang telah membocorkan tempat persembunyian pasukan gerilya ketika mereka sedang di buru oleh pasukan Belanda. Pondok pesantren yang menjadi tempat persembunyian itupun akhirnya dibakar dan dibumi hanguskan oleh Belanda. Namun karena Ahmad adalah putra dari pemilik pondok pesantren, maka pimpinan prajurit gerilya, Marjoso memberikannya kesempatan untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya terlebih dahulu kepada sang Ayah, Haji Jamil, sebelum eksekusi mati sebagai penghianat revolusi dilaksanakan.

Jelas Haji Jamil tidak mudah memaafkan perbuatan Anaknya tersebut, apalagi setelah mengetahui alasan sang Anak, yaitu karena dendam untuk membalaskan kematian sang Ibu.

Fakta bahwa Ahmad adalah darah daging Haji Jamil, dan fakta bahwa penyebab dibakarnya pondok pesantren Haji Jamil adalah Ahmad, menciptakan emosi Haji Jamil sangat tak bersahabat. Ucapan-ucapan bahwa Ahmad lebih baik digantung, dan ucapan bahwa dia bukanlah anaknya, mewarnai tengah malam di markas prajurit gerilya itu.

Semua itu sedikit mereda ketika Zulaecha, adik Ahmad datang dan menenangkan sang Ayah. Zulaecha menjelaskan bahwa perbuatan yang dilakukan sang kakak patut diberikan ampunan, dan patut ditarik dari ancaman eksekusi mati.

Namun sebagai orang yang mendukung kemerdekaan Bangsa, Haji Jamil sangat paham bahwa konsep kemerdekaan haruslah berlandas pada keadilan. Konsep kemerdekaan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan meminggirkan kepentingan pribadi, seperti yang dikatakan Marjoso bahwa revolusi yang dimaksud adalah dimana semua orang melebur dan tidak membeda-bedakan siapa orang tua siapa saudara, bahwa keadilan dalam bentuk apapun wajib tidak memandang bulu. Oleh karena itu akhirnya ia rela menekan perasaannya dan rela melepaskan putra yang ia titipkan segala harap dan cita-citanya itu, demi tercapainya sebuah kemerdekaan yang berkeadilan.

Ahmad pun memohon maaf dan mengakui kesalahannya kepada sang Ayah, mengakui bahwa dendam telah membutakan hati dan pikirannya. Ketika fajar tiba dan waktu eksekusi pun telah datang, Ahmad keluar menuju tempat eksekusi kemudian terdengar tiga kali letupan senapan. Haji Jamil yang telah memenangkan pergulatan hatinya sambil meneteskan air mata, berucap “Tuhanku, inilah pertanda datangnya fajar kemenangan. Kemerdekaan bangsa dan negaraku”.


Naskah drama Fajar Siddiq dapat di unduh disini
Older Posts No results found
Newer Posts
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Pembaca, perenung, pencinta kopi, hendak hidup abadi tapi tak bisa, jadi menulis saja, sebab katanya menulis adalah bekerja untuk keabadian. Salam takzim...

Post a Comment

Tes Iklan
Tes Iklan

Ads Single Post 4