24 C
en

NOTA BENE : AKU KANGEN, KARYA W.S. RENDRA ANALISIS UNSUR INRTRINSIK PUISI

Nota Bene : Aku Kangen Karya W.S. Rendra


PUISI DAN ANALISIS PUISI

PUISI NOTA BENE : AKU KANGEN, KARYA W.S. RENDRA



Lunglai – ganas karena bahagia dan sedih,

indah dan gigih cinta kita didunia yang fana.

Nyawamu dan nyawaku dijodohkan di langit,

dan anak kita akan lahir di cakrawala.

Adapun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-

Abad lamanya.



Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan

Untukmu hidupku terbuka

Warna-warna kehidupan berpendar-pendar menakjubkan

Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku

Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu

Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.


Jakarta, Kotabumi, 24 Maret 1978



TEMA :

Dari puisi diatas dengan membaca judulnya saja sudah sudah dapat menjelaskan tema yang terkandung di dalam puisi WS Rendra yang satu ini adalah tentang kerinduan terhadap kekasih hati, perhatikan bagian terakhir puisi ini. Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku. Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu. Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.  Bagian ini menjelaskan bahwa si aku sedang menulis sebuah surat, dan ketika sedang dalam penulisan si aku terasa begitu bahagianya, kemudian si aku mempertegas kembali bahwa ia benar-benar dalam keadaan rindu, tercermin dalam baris Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.


RASA :

Dari puisi diatas dapat di temukan rasa yang timbul adalah rasa cinta. Seseorang yang lemah dan bersemangat karena cinta, tengah menahan kerinduan terhadap juwitanya, yang kemudian ia tumpahkan dalam sebuah surat.

Bait ke-1 :

Lunglai – ganas karena bahagia dan sedih

Indah dan gigih cinta kita didunia yang fana

Bait ke-2

Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku

Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu

Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.


NADA :

Pada puisi di atas penyair memandang objek yaitu kekasih yang sedang dirindunya dengan kelembutan cinta, dan dalam puisi Nota Bene : Aku Kangen, penyair hanya sekedar memberi tahu pembaca saja bahwa ia pada saat itu sedang dalam kerinduan. Coba perhatikan tiap baris dari kedua bait tersebut tidak ditemukan nada mengajak, menyarankan, ataupun menasehati. Semuanya bernada biasa dan hanya memberi tahu para pembaca saja.


DIKSI :

Pada puisi diatas dapat kita temukan beberapa pilihan kata yang khas yang sudah dipilih penyair dan tidak dapat diganti dengan kata lain walaupun kata tersebut mempunyai makna denotatif yang sama, diantarannya kata, lunglai, ganas, indah, gigih, dijodohkan, di cakrawala, juwitaku, cakap, berpendar-pendar, dan pamplet

Apabila kata cakap diganti dengan cantik, mungkin baris yang berkata cakap bunyinya akan seperti ini

Juwitaku yang cantik meskipun tanpa dandanan

Begitupun dengan kata berpendar-pendar diganti dengan bercahaya, mungkin baris yang berkata berpendar-pendar bunyinya kan seperti ini

Warna-warna kehidupan bercahaya menakjubkan

Bila kata-kata tersebut dirubah maka rasa yang ditimbulkannyapun akan ikut berubah


PENGIMAJINASIAN :

Dari puisi diatas pengimajinasian yang dapat terlihat digunakan penyair adalah pengimajinasian taktil dan visual. Perhatikan bait ke-1 yang menggunakan pengimajinasian taktil, karena makna yang terkandung didalamnya tidak dapat dibayangkan, namun dapat dirasakan. Kita tidak bisa membayangkan seorang anak terlahir di langit atau dalam hal ini dicakrawala, ataupun kata nyawaku dan nyawamu yang bersifat abstrak.

Bait ke-1 :

Nyawamu dan nyawaku dijodohkan di langit

Dan anak kita akan lahir di cakrawala

Adapun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-

Abad lamanya

Kemudian perhatikan bari pertama pada bait ke-2 yang menggunakan pengimajinasian visual, karena mampu kita bayangkan seperti apa sosok wanita cantik walaupun tanpa dandanan

Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan


KATA KONKRIT :

Dari puisi diatas kata konkrit yang bisa di ambil adalah Untukmu hidupku terbuka. Disana tergambar jelas makna yang disampaikan penyair mengenai juwita yang dirindukan, bahwa dirinya pasrah dan membuka seluruh hidupnya untuk si juwita.


GAYA BAHASA :

Dari puisi diatas gaya bahasa yang di gunakan adalah personifikasi yaitu menggambarkan benda mati atau hal gaib/abstrak seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Perhatikan bait ke-1 disana di tulis bahwa cinta mereka indah dan gigih, sedangkan gigih adalah penggambaran untuk sifat manusia yang bersemangat dan pantang menyerah :

Bait ke-1 :

Indah dan gigih cinta kita didunia yang fana


IRAMA :

Pada puisi diatas ritme atau irama yang dipakainya adalah kesyahduan dan lembut. Perhatikan bait.

Bait ke-1 :

Indah dan gigih cinta kita didunia yang fana

Nyawamu dan nyawaku dijodohkan di langit

Dan anak kita akan lahir di cakrawala

Betapa lembut kata-kata diatas lalu dilanjutkan dengan pernyataan

Adapun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-

Abad lamanya

Kemudian perhatikan pada bait ke-2 :

Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan

Untukmu hidupku terbuka

Kemudian ia merasakan keajaiban ketika melihat dunia

Warna-warna kehidupan berpendar-pendar menakjubkan


RIMA :

Pada puisi diatas terdapat rima atau bunyi berselang yang di ulang, jenisnya adalah rima internal yaitu pengulangan bunyi yang masih berada dalam satu baris.

Perhatikan pada bait ke-2 :

Untukmu hidupku terbuka

Warna-warna kehidupan berpendar-pendar menakjubkan

Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku

Kemudian.

Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu

Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan


TIPOGRAFI :

Pada puisi diatas tipografi atau penampangnya dapat dilihat dalam pemakaian huruf kapital, tanda baca, dan penempatan baris. Perhatikan bait ke-1 yang memakai huruf kapital pada awal baris di sebagian baris dan sebagiannya tidak, lalu pemakaian tanda baca titik (.), koma (,) maupun pada pemenggalan kata, kemudian penempatan baris yang bisa dilihat pada baris akhir yang sedikit menjorok ke dalam.

Lunglai – ganas karena bahagia dan sedih,

indah dan gigih cinta kita didunia yang fana.

Nyawamu dan nyawaku dijodohkan di langit,

dan anak kita akan lahir di cakrawala.

Adapun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-

abad lamanya.


AMANAT :

Dalam puisi Nota Bene : Aku Kangen, karya WS Rendra ini tidak menyampaikan pesan atau amanat terhadap pembaca hanya sekedar memberi tahu kepada pembaca bahwa pada saat itu ia atau si aku dalam puisinya tengah merindukan kekasihnya.

Older Posts
Newer Posts Newer Posts
DEDE RUDIANSAH
DEDE RUDIANSAH Satu makhluk gua di lereng gunung Ciremai yang punya ketertarikan pada sastra. Aktif sebagai pemerhati Bahasa dan Sastra Indonesia. Gemar membaca gejala-gejala alam dan gemar mengkristalkan serpihan hidupnya dalam potongan cerpen atau secarik sajak. Salam takzim....

Post a Comment

Tes Iklan
Tes Iklan

Ads Single Post 4