Analisis
Analisis Puisi
NOTA BENE : AKU KANGEN, KARYA W.S. RENDRA ANALISIS UNSUR INRTRINSIK PUISI
Nota Bene : Aku Kangen Karya W.S. Rendra |
PUISI DAN ANALISIS PUISI
PUISI NOTA BENE : AKU KANGEN, KARYA W.S. RENDRA
Lunglai – ganas karena bahagia dan sedih,
indah dan gigih cinta kita didunia yang fana.
Nyawamu dan nyawaku dijodohkan di langit,
dan anak kita akan lahir di cakrawala.
Adapun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-
Abad lamanya.
Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan
Untukmu hidupku terbuka
Warna-warna kehidupan berpendar-pendar menakjubkan
Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku
Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu
Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.
Jakarta, Kotabumi, 24 Maret 1978
TEMA :
Dari puisi diatas dengan membaca judulnya saja sudah sudah dapat menjelaskan tema yang terkandung di dalam puisi WS Rendra yang satu ini adalah tentang kerinduan terhadap kekasih hati, perhatikan bagian terakhir puisi ini. Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku. Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu. Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan. Bagian ini menjelaskan bahwa si aku sedang menulis sebuah surat, dan ketika sedang dalam penulisan si aku terasa begitu bahagianya, kemudian si aku mempertegas kembali bahwa ia benar-benar dalam keadaan rindu, tercermin dalam baris Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.
RASA :
Dari puisi diatas dapat di temukan rasa yang timbul adalah rasa cinta. Seseorang yang lemah dan bersemangat karena cinta, tengah menahan kerinduan terhadap juwitanya, yang kemudian ia tumpahkan dalam sebuah surat.
Bait ke-1 :
Lunglai – ganas karena bahagia dan sedih
Indah dan gigih cinta kita didunia yang fana
Bait ke-2
Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku
Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu
Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan.
NADA :
Pada puisi di atas penyair memandang objek yaitu kekasih yang sedang dirindunya dengan kelembutan cinta, dan dalam puisi Nota Bene : Aku Kangen, penyair hanya sekedar memberi tahu pembaca saja bahwa ia pada saat itu sedang dalam kerinduan. Coba perhatikan tiap baris dari kedua bait tersebut tidak ditemukan nada mengajak, menyarankan, ataupun menasehati. Semuanya bernada biasa dan hanya memberi tahu para pembaca saja.
DIKSI :
Pada puisi diatas dapat kita temukan beberapa pilihan kata yang khas yang sudah dipilih penyair dan tidak dapat diganti dengan kata lain walaupun kata tersebut mempunyai makna denotatif yang sama, diantarannya kata, lunglai, ganas, indah, gigih, dijodohkan, di cakrawala, juwitaku, cakap, berpendar-pendar, dan pamplet
Apabila kata cakap diganti dengan cantik, mungkin baris yang berkata cakap bunyinya akan seperti ini
Juwitaku yang cantik meskipun tanpa dandanan
Begitupun dengan kata berpendar-pendar diganti dengan bercahaya, mungkin baris yang berkata berpendar-pendar bunyinya kan seperti ini
Warna-warna kehidupan bercahaya menakjubkan
Bila kata-kata tersebut dirubah maka rasa yang ditimbulkannyapun akan ikut berubah
PENGIMAJINASIAN :
Dari puisi diatas pengimajinasian yang dapat terlihat digunakan penyair adalah pengimajinasian taktil dan visual. Perhatikan bait ke-1 yang menggunakan pengimajinasian taktil, karena makna yang terkandung didalamnya tidak dapat dibayangkan, namun dapat dirasakan. Kita tidak bisa membayangkan seorang anak terlahir di langit atau dalam hal ini dicakrawala, ataupun kata nyawaku dan nyawamu yang bersifat abstrak.
Bait ke-1 :
Nyawamu dan nyawaku dijodohkan di langit
Dan anak kita akan lahir di cakrawala
Adapun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-
Abad lamanya
Kemudian perhatikan bari pertama pada bait ke-2 yang menggunakan pengimajinasian visual, karena mampu kita bayangkan seperti apa sosok wanita cantik walaupun tanpa dandanan
Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan
KATA KONKRIT :
Dari puisi diatas kata konkrit yang bisa di ambil adalah Untukmu hidupku terbuka. Disana tergambar jelas makna yang disampaikan penyair mengenai juwita yang dirindukan, bahwa dirinya pasrah dan membuka seluruh hidupnya untuk si juwita.
GAYA BAHASA :
Dari puisi diatas gaya bahasa yang di gunakan adalah personifikasi yaitu menggambarkan benda mati atau hal gaib/abstrak seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Perhatikan bait ke-1 disana di tulis bahwa cinta mereka indah dan gigih, sedangkan gigih adalah penggambaran untuk sifat manusia yang bersemangat dan pantang menyerah :
Bait ke-1 :
Indah dan gigih cinta kita didunia yang fana
IRAMA :
Pada puisi diatas ritme atau irama yang dipakainya adalah kesyahduan dan lembut. Perhatikan bait.
Bait ke-1 :
Indah dan gigih cinta kita didunia yang fana
Nyawamu dan nyawaku dijodohkan di langit
Dan anak kita akan lahir di cakrawala
Betapa lembut kata-kata diatas lalu dilanjutkan dengan pernyataan
Adapun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-
Abad lamanya
Kemudian perhatikan pada bait ke-2 :
Juwitaku yang cakap meskipun tanpa dandanan
Untukmu hidupku terbuka
Kemudian ia merasakan keajaiban ketika melihat dunia
Warna-warna kehidupan berpendar-pendar menakjubkan
RIMA :
Pada puisi diatas terdapat rima atau bunyi berselang yang di ulang, jenisnya adalah rima internal yaitu pengulangan bunyi yang masih berada dalam satu baris.
Perhatikan pada bait ke-2 :
Untukmu hidupku terbuka
Warna-warna kehidupan berpendar-pendar menakjubkan
Isyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penaku
Kemudian.
Tanpa sekejap pun luput dari kenangan padamu
Aku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan
TIPOGRAFI :
Pada puisi diatas tipografi atau penampangnya dapat dilihat dalam pemakaian huruf kapital, tanda baca, dan penempatan baris. Perhatikan bait ke-1 yang memakai huruf kapital pada awal baris di sebagian baris dan sebagiannya tidak, lalu pemakaian tanda baca titik (.), koma (,) maupun pada pemenggalan kata, kemudian penempatan baris yang bisa dilihat pada baris akhir yang sedikit menjorok ke dalam.
Lunglai – ganas karena bahagia dan sedih,
indah dan gigih cinta kita didunia yang fana.
Nyawamu dan nyawaku dijodohkan di langit,
dan anak kita akan lahir di cakrawala.
Adapun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-
abad lamanya.
AMANAT :
Dalam puisi Nota Bene : Aku Kangen, karya WS Rendra ini tidak menyampaikan pesan atau amanat terhadap pembaca hanya sekedar memberi tahu kepada pembaca bahwa pada saat itu ia atau si aku dalam puisinya tengah merindukan kekasihnya.
Post a Comment